Sabtu, 24 Oktober 2015

Dasar Pengukuran Dan Ketidak Pastian



DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Harianti, Fatmainnah, A.Linda Amalia Saputri, Muhammad Akbar Pratama.
Jurusan FISIKA SAINS UNM 2014
Abstrak
Telah dilakukan  Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian terhadap dua benda yang berbeda yaitu:  balok besi dan bola-bola kecil dengan menggunakan enam alat ukur yaitu: mistar, jangka sorong, micrometer sekrup, neraca ohauss 2610 gram, neraca ohauss 311 gram, neraca ohauss 310 gram. Dalam pengukuran sangat di perlukan ketelitian dan ketepatan agar harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda, terutama dalam penentuan NST alat ukur dan penentuan angka penting atau angka berarti. Ketidakpastian pengukuran terbagi dua: ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian rambang. Ketidakpastian bersistem  menyebabkan hasil yang di peroleh menyimpang dari hasil sebelumnya sedangkan ketidakpastian rambang bersumber dari gejala yang tidak mungkin di kendalikan atau di atasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan pengaturan di luar kemampuan.Suatu pengukuran selalu di sertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut diantaranya adalah Nilai Skala Terkecil, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan ,fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serts keterampilan pengamat.Dengan demikian amat sulit untuk mendapat nilai sebenarnya suatu besaran melalui pegukuran. Dalam pengukuran ada yang di sebut pengukuran tunggal. Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang di lakukan satu kali saja dan hasil pengukuran selalu di hinggapi ketidakpastian. Pengukuran Berulang  adalah pengukuran yang di lakukan berulang kali dengan benda dan alat ukur yang sama.
Katakunci: Pengukuran, angka penting, ketidakpastian pengukuran , NST , ketepatan dan ketelitian
RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana cara menggunakan alat ukur?
2.      Bagaimana cara menentukan NST  Alat ukur yang di gunakan?
3.      Bagaimana cara menentukan panjang , lebar dan tinggi dari satu benda yang sama dengan menggunakan sistem pengukuran berulang?
4.      Bagaimana cara mentukan angka panting?
5.      Bagaimana cara agar harga tiap pengukuran mendekati harga yang sebenarnya?
TUJUAN
Setelah menyelesaikan modul ini ,di harapkan mahasiswa mampu:                               1.  Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.                                                           2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang     3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat                                                                                                 Arti Pengukuran
Pengukaran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif.
Ketepatan dan katelitian Pengukuran
Ketepatan(keakuratan). Jika suatu besaran di ukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya  maka pengukuran di katakan “akurat”. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya.
Ketelitian (kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran di sebut presisi (harga pengukuran tidak jauh berbeda).
Angka Penting Atau Angka Berarti
1.      Semua angka yang bukan nol adalah angka penting
2.      Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termauk angka penting. Contoh: 25,04 A mengandung angka penting.
3.      Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang masih di anggap penting. Contoh: 22,30 m mengandung angka penting. 22,30 m mengandung 3 angka penting.
4.      Angka nol yan terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,47 cm mengandung 2 angka penting.



Ketidakpastian
Ketidakpastian Bersistem
KetidakPastian bersistem akan menyebabkan hasil yang di peroleh menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumber ketidakpastian bersistem ini antara lain:
1.      Kesalahan kalibrasi alat; dapat di ketahui dengan membandingkan dengan alat yang lain.
2.      Kesalahan titik nol (KTN)
3.      Kerusakan komponen alat, misalnya pegas yang telah lama di pakai sehingga menjadi tidak elastis lagi.
4.      Gesekan
5.      Kesalahan Paralaks
6.      Kesalahan karena keadaan saat bekerja, kondisi alat pada saat di kalibrasi berbeda dengan kondisi pada saat alat bekerja.
              Ketidakpastian Rambang (Acak)                  
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin di kendalikan  atau di atasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan pengaturan di luar kemampuan. Ketidakpastian ini menyebabkan pengukuran jatuh agak ke kiri dan ke kanan dari nilai yang sebenarnya . sumber-sumber ketidakpastian acak ini antara lain:
1.      Kesalahan menaksir bagian skala.
Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah keterbatasan pada skala alat ukur.Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil alat ukur (NST) tidak dapat di baca lagi, sehingga di lakukan taksiran. Artinya, Suatu ketidakpastian telah menyusup pada hasil pengukuran. Ada tiga (tiga) faktor penentu dalam hal penaksiran, yaitu:
Jarak fisis (Physics Distance) antara dua goresan yang berdekatan.                               Halus atau kasarnya jarum penunjuk.                                                                         Daya pisah (Resolving Power) mata manusia.
2.      Keadaan yang berfluktuasi, artinya keadaan yang berubah cepat terhadap waktu. Misalnya, kuat arus listrik, tegangan jala-jala PLN, dan sumber tegangan lain yang selalu berubah-ubah secara tidak teratur.
3.      Gerak acak (Gerak Brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan penunjukan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
4.      Landasan yang bergetar.
5.      Bising (Noise), yaitu gangguan pada alat elektronik yang berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan karena komponen alat yang meningkat temperature kerjanya.
6.      Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.
Analisis Ketidakpastian Pengukuran                                                                                  Suatu pengukuran selalu selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adlah Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahn titik nol, kesalahan pralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran, beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini, yaitu bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin serta cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.
Ketidakpastian Pengukuran Tunggal                                                                                   Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan Hasil Pengukuran Selalu Dihinggapi Ketidakpastian.                                                                                                         Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti, namun bacaan selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang x.Lambang x merupakan Ketidakpastian Mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan : x= ½ NST Alat                                                       
             Dimana x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Nilai x Hasil pengukuran dilaporkan dengan cara yang sudah dilakukan seperti berikut :                       X= (x+ x ) [x]                                                                                
Diman :
X         =simbol besaran yang diukur
(x+ x )=hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya.                     
[x]     =satuan besaran x (dalam satuan Sl)
Contoh 1 :Mistar digunakan untuk mengukur panjang sebuah benda Hasil pengukuran panjang dapat dituliskan :x=(3,65±0,05) cm.                                         Hasil ini memberikan informasi bahwa panjang benda yang diukur diduga bernilai sekitar 3,65 cm. Ketidakpastian yang ditunjukkan alat ditaksir lebih kecil dari  ½ NST, oleh karena jarak pisah antara dua goresan yang berdekatan tampak jelas dan dapat dibagi dua dengan jelas. Ini memberikan alas an untuk menaksir ketidakpastiannya kurang dari ½ NST (0,05 cm). sehingga dpat dapat dilaporkan bahwa panjang benda berada pada rentang 3,60 cm sampai dengan 3,70 cm.
                   x atau ketidakpastian mutlak pada nilai {x} dan memberi gambaran tentang mutu alat ukur yang digunakan.
Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil x yang diperoleh.             Dengan menggunakan alat ukur yang lebih bermutu, maka diharapkan pula hasil yang diperoleh lebih tepat, oleh karena itu ketidakpastian mutlak menyatakan ketepatan hasil pengukuran.
Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil pengukuranContoh kuat arus listrik I=3,64 mA adalah lebih tepat dari pada I= 3,6 mA. Artinya, I=3,64 mA lebih mendekati kuat arus yang sebenarnya ( ) yang tidak diketahui.Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukuran  disebut Ketidakpastian Relatif pada nilai {x}, sering dinyatakan dalam % (tentunya harus dikalikan dengan 100%). Ketidakpastian relative menyatakan tingkat ketelitian hasil pengukuran.
Makin kecil ketidakpastian relative, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran
Sebagai contoh, ammeter yang sama  ( =0,05 A) digunakan untuk mengukur kuat arus sebesar 5,0 A dan kuat arus kedua 10,0 A.
Dibandingkan dengan :
                Dikatakan bahwa kuat arus kedua telah berhasil diketahui dengan ketelitian yang lebih baik daripada arus pertama oleh karena ketidakpastian relatifnya lebih kecil. Makna dari ketidakpastian mutlak dari ketidakpastian relatif adalah bahwa dalam usaha untuk mengetahui nilai sebenarnya  (X) suatu besaran fisis dengan melakukan pengukuran, terbentur pada keterbatasan laat ukur maupun orang yang melakukan pengukuran hingga hasilnya selalu meragukan.      Dalam teori pengukuran (Measurement Theory), tidak ada harapan mengetahui x  lewat pengukuran, kecuali jika pengukuran diulang sampai tak berhingga kali. Jadi yang dapat diusahakan adalah mendekati X. Sebaik-baiknya,yakni dengan melakukan pengukuran berulang sebanyak-banyaknya.
Pngukuran Berulang (Berganda)
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (X) menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan sesering mungkin, makin sering makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali (2 atau 3 kali saja) dan pengulangan yang cukup sering (10 kali atau lebih). Pada modul ini, kita hanya akan membahas pengukuran yang berulang 2 atau 3 kali saja. Jika pengukuran dilakukan 3 kali dengan hasil x , x  dan x  atau 2 kali saja misalnya pada awal percobaan dan pada akhir percobaan, maka {x} dan dapat ditentukan sebagai berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai { } sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai x. deviasi adalh selisihselisih antara tiap hasil pengukuran dati nilai rata-ratanya. Jadi :
{x}= rata-rata pengukuran
x      =  maksimum           
=       rata-rata
dengan :
dan,
deviasi              , ,dan . x adalah yang terbesar diantara    dan .atau dapat juga diambil dari : x= Disarankan diambil dari  diambil sebagai x oleh karena ketiga nilai  x , x  dan x akan tercakup dalam interval : (x- x ) dan (x+ x).
1.      Menentukan Nilai Skala Terkecil Alat
Skala adalah jarak antara dua buah goresan terdekat dari suatu alat ukur. Pada suatu alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi, inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung pada NST.Untuk menentukan NST dari suatu alat, dapat digunakan persamaan:
1.      Pengukuran Panjang
a.    Mistar
Jarak antara dua gores pendek berdekatan pada mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. Nilai ini menyatakan skala terkecil mistar.2 Ketelitian atau ketidakpastian (Dx) mistar dapat dihitung dengan digunakan persamaan:
untuk menentukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan mistar, dapat digunakan persamaan:
HP = NST x Jumlah skala
b. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, dan ketinggian. Jangka sorong terdiri atas dua skala, yaitu Skala Utama (skala tetap) dan Skala Nonius (bebas) untuk mencari lebihnya pengukuran.
Untuk menentukan NST jangka sorong, hala yang harus dilakukan adalah menempatkat 0 Skala Utama (SU) dan Skala Nonius (SN) hingga berimpit. Lihat ujung skala nonius, mencari garis yang berimpit dengan skala utama. Sehingga dapat ditulis:
(Nilai SN) Skala Nonius = ( Nilai SU) Skala Utama

Persamaan diatas digunakan untuk mencari Skala Nonius. Setelah Skala Nonius didapat, dicari nilai skala pada skala utama yang paling dekat dengan Skala Nonius yang telah didapat. Selanjutnya NST jangka sorong dapat ditentukan dengan:
NST jangka sorong = SN – nilai skala yang paling mendekati SN

Untuk menetukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan jangka sorong ini digunakan persamaan:
HP = (PSU x NSU) + (PSN x NST jangka sorong)

Keterangan : PSU = Penunjukan Skala Utama
                      NSU = Nilai Skala Utama
                      PSN = Penujukan Skala Nonius

c.       Mikrometer Sekrup
       Mikrometer Sekrup memiliki dua bagian skala mendatar sebagai skala utama dan skala putar sebagai skala nonius. NST micrometer sekrup dapat di tentukan dengan menggunakan persamaan:
Hasil Pengukuran (HP):
HP = (PSM x NSM) + (PSPx NST  micrometer sekrup)
d.      Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat tiga lengan dengan batas ukur yang berbeda. Dalam menentukan NST mikrometer sekrup menggunakan lengan terakhir yaitu langan ke tiga.
e.       Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini mempunyai empat lengan dengan nilai skala yana berbeda-beda, masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda. Untuk menggunakan neraca ini  terlebih dulu tentukan nilai skala masing-masing lengan NST dari neraca ohaus 311 gram, di ambil dari nilai skala terkecil dari empat lengannya. Hasil pengukuran di tentukan dengan menjumlahkan penunjukan semua lengan neraca yang di gunakan.
f.       Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan di lengkapi dengan sebuah skala putar dan skala nonius. NST neraca ohauss 310 dapat di tentukan dengan cara yang sama  dengan jangka sorong.


AlatdanBahan
a.       Penggaris/Mistar
b.      Jangka sorong
c.       Mikrometer Sekrup
d.      Stopwatch
e.       Termometer
f.       Balok Besi
g.      Bola kecil
h.      Neraca Ohaus
i.        Gelas Ukur
j.        Kaki Tiga dan Kasa
k.      Pembakar Bunsen
l.        Air secukupnya
IdentifikasiVariabel
Kegiatan 1:Pengukuran panjang
            Variabel                                   : panjang
Kegiatan 2:Pengukuran Massa
            Variabel                                   : massa
Kegiatan 3:Pengukuran Suhu dan Waktu
1.       Variabel Manipulasi                : waktu
2.       Variabel Respon                      : suhu
3.       Variabel Kontrol                     : suhu mula-mula
DefinisiOperasionalVariabel
Kegiatan 1:Pengukuran panjang
1.      Panjang adalah jarak antara dua titik pada benda yang di ukur. Satuan panjang adalah meter, dan alat ukur yang di gunakan adalah Mistar dan jangka orong.



Kegiatan 2: Pengukuran Massa
2.      Massa adalah jumlah materi yang terkandung dalam suatu benda. Alat ukur yang di gunakan adalah Neraca Ohaus 2610 gram, Neraca Ohaus 311 gram, Neraca Ohaus 310 gram dan satuannya gram.
Kegiatan 3: Pengukuran Suhu dan Waktu
1.      Waktu adalah lama suhu awal menjadi suhu akhir. Alat ukur yang di gunakan untuk mengukur waktu adalah Stopwatch dan satuan waktu adalah s.
2.      Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat ukur yang di gunakan untuk mengukur suhu adalah Termometer dan satuan suhu adalah Kelvin (K), Celcius (C).
3.      Suhu mula-mula adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda pada saat suhu awal yaitu 0 derajat , tetapi suhu awal itu tergantung pada suhu berapa kita memulai mengukur suhu suatu benda.Satuan suhu adalah Celcius (C)
ProsedurKerja
Kegiatan 1 : Pengukuran Panjang
1.      Ambil mistar, jangka sorong dan mikrometer dan tentukan NST.
2.      Ukurlah masing-masing sebanyak 3 kali dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Catat hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
3.      Ukurlah masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukur ditempat bebeda) yang disediakan dengan menggunakan alat ukur tersebut. Catat hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
Kegiatan 2 : Pengukuran Massa
1.      Tentukan NST masing-masing neraca
2.      Ukur massa balok kubus dan bola (yang kamu gunakan dipengukuran panjang) sebanyak 3 kali secara berulang.
3.      Catat hasil pengukuran anda yang dilengkapi dengan ketidakpastian pengukuran.

Kegiatan 3 : Pengukuran Waktu dan Suhu
1.    Siapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan lapisan absesnya dan sebuah thermometer.
2.    Ukur temperaturnya sebagai temperature mula-mula.
3.    Nyalakan Bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat normal.
4.    Letakkan Bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas kimia bersamaan dengan menjalankan alat pengukur waktu.
5.    Catat perubahan temperature yang terbaca pada thermometer tiap selang waktu 1 menit sampai diperoleh 10.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
HasilPengamatan
Kegiatan 1 pengukuran panjang
NST Mistar                             : 0,1 cm atau 1 mm
NST Jangka Sorong                : 20 skala nonius= 39 skala utama
                                                       1 SN= 1,95 mm
                                                  NST   = 2 mm – 1,95 mm
                                                = 0,05 mm
NST Mikrometer Sekrup         : NST   =      = = 0,01 mm

Tabel 1. Hasil pengukuran panjang
No
Benda yang diukur
Besaran yang diukur
Hasil Pengukuran (mm)
Mistar
Jangka Sorong
Mikrometer sekrup
1
Balok
Panjang
|19,0 ± 0,5|
|20,50± 0,05|
|21,060± 0,005|
|19,5 ± 0,5|
|20,50±0,05|
|20,560± 0,005|
|19,0 ± 0,5|
|20,50± 0,05|
|20,560± 0,005|
Lebar
|19,5± 0,5|
|19,70± 0,05|
|19,725± 0,005|
|19,5± 0,5|
|19,80± 0,05|
|19,725± 0,005|
|19,5± 0,5|
|19,80± 0,05|
|19,725± 0,005|
Tinggi
|20,0± 0,5|
|19,70± 0,05|
|19,980± 0,005|
|20,0 ± 0,5|
|19,70± 0,05|
|19,980± 0,005|
|20,0± 0,5|
|19,70± 0,05|
|19,980± 0,005|
2
Bola
Diameter
|16,0± 0,5|
|15,80± 0,05|
|19,915± 0,005|
|16,0 ± 0,5|
|15,80± 0,05|
|19,915± 0,005|
|16,0 ± 0,5|
|15,80± 0,05|
|19,915± 0,005|
Kegiatan 2 pengukuran massa
Neraca Ohauss 2610 gram
            Nilai Skala lengan 1    =
Nilai Skala lengan 2    =
            Nilai Skala lengan 3  =
            Massa beban gantung =-
Tabel 2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Benda
Penun. lengan 1
Penun. lengan 2
Penun. lengan 3
Beban gantung
Massa benda (g)
Balok Kubus
1.     20 g
2.     20 g
3.     20 g
1.0 g
2.0 g
3.     0 g
1.7,1 g
2.7,2 g
3. 7,1 g
        -
        -
        -
1. =|27,10± 0,05|
2. =|27,20± 0,05|
3.  = |27,10± 0,05|
Bola
1.     0 g
2.     0 g
3.     0 g
1.     0 g
2.     0 g
3.     0 g
1.5,3 g
2. 5,3g
3. 5,3  g
        -
        -
        -
1.  =|5,30± 0,05|
2. =|5,30± 0,05|
3. =|5,30± 0,05|
Neraca Ohauss 311 gram
            Nilai Skala lengan 1    = =100 gram
            Nilai Skala lengan 2    = =10 gram
            Nilai Skala lengan 3    = 1 gram
            Nilai Skala lengan 4    = = 0,01 gram

Tabel. 3 Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram
Benda
Penun. lengan 1
Penun. lengan 2
Penun. lengan 3
Penun. lengan 4
Massa benda (g)
Balok Kubus
1.    0 g
2.    0 g
3.    0 g
1.  20 g
2.  20 g
3.  20 g
1.7 g
2.7 g
3. 7 g
1.  0,21 g
2.  0,215 g
3.  0,225 g
1. = |27,210± 0,005|
2. |27,215± 0,005|
3. |27,225± 0,005|
Bola
1.    0 g
2.    0 g
3.    0 g
1.   0 g
2.   0 g
3.   0 g
1.  5 g
2.  5 g
3.  5 g
1. 0,37 g
2. 0,375 g
3. 0,375 g
1. |5,370± 0,005|
2. |5,375± 0,005|
3. |5,375± 0,005|
Neraca Ohauss 310 gram
   Nilai Skala lengan 1    = =100 gram
   Nilai Skala lengan 2    = =10 gram
   Nilai Skala putar         = =0,1 gram
   Jumlah Skala Nonius   = =0,19gram
   NST Neraca Ohauss 310 gram            : 10 SN = 19 SP (1,9 gram)
                                                                 1 SN  =
                                                              1 SN  = 0,19 gram
                                                             NST    = (0,2 – 0,19) gram
                                                                         = 0,01 gram





Tabel 4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 gram
Benda
Penun. lengan 1
Penun. lengan 2
Penun. lengan 3
Penun. skala nonius
Massa benda (g)
Balok Kubus
1.     0 g
2.     0 g
3.     0 g
1.     20 g
2.     20 g
3.     20 g
1.  7,1 g
2.  7,2 g
3.  7,2 g
1. 0,07 g
2.  0,01 g
3.  0,01 g
1. =|27,17± 0,01|
2. =|27,21± 0,01|
3. =|27,21± 0,01|
Bola
1.     0 g
2.     0 g
3.     0 g
1.     0 g
2.     0 g
3.     0 g
1.  5,3 g
2.  5,3 g
3. 5,3 g
1.  0,03 g
2.  0,04 g
3.  0,04 g
1. =|5,33± 0,01|
2. =|5,34± 0,01|
3. =|5,34± 0,01|



3.      Pengukuran Waktu dan Suhu
NST Termometer                         = 1°C
NST Stopwatch                           = 0,1 sekon
Temperatur Mula-mula (T0)          = | 35,0 ± 0,5 |

Tabel 5. Hasil Pengukuran waktu dan Suhu
No
Waktu (s)
Temperatur (°C)
Perubahan Temperatur (C°)
1
| 60,0 ± 0,1 |
| 38,0 ± 0,5 |
| 3,0 ± 1,0 |
2
| 120,0 ± 0,1 |
| 39,5 ± 0,5 |
| 1,5 ± 1,0 |
3
|180,0 ± 0,1|
| 43,5 ± 0,5 |
| 4,0 ± 1,0 |
4
| 240,0 ± 0,1 |
| 46,0 ± 0,5 |
| 2,5 ± 1,0 |
5
| 300,0 ± 0,1|
| 48,5 ± 0,5 |
| 2,5 ± 1,0 |
6
| 360,0 ± 0,1 |
| 51,0 ± 0,5 |
| 2,5 ± 1,0 |
7
| 420,0 ± 0,1 |
| 53,0 ± 0,5 |
| 2,0 ± 1,0 |
8
| 480,0 ± 0,1 |
| 55,0 ± 0,5 |
| 2,0 ± 1,0 |
9
| 540,0 ± 0,1 |
| 57,0 ± 0,5 |
| 2,0 ± 1,0 |
10
| 600,0 ± 0,1 |
| 59,5 ± 0,5 |
| 2,5 ± 1,0 |


Analisis Data
1.      Pengukuran Panjang
a.       Balok                                                                                                   Mistar
Panjang Balok
mm
mm
mm
mm
Lebar Balok
mm
mm
mm
mm
Tinggi Balok
mm
mm
mm
mm
Volume Balok

Jangka Sorong
Panjang Balok
mm
mm
mm
mm





Lebar Balok
mm
0 mm
mm
mm
Tinggi Balok
mm
0 mm
0 mm
mm
Volume Balok


Mikrometer Sekrup
Panjang Balok
mm
mm
mm
mm
Lebar Balok
mm
0 mm
mm
= 0,005 mm


Tinggi Balok
mm
0 mm
0 mm
mm
Volume Balok
=

b.      Bola
Mistar
mm
mm
mm
            Volume


Jangka Sorong
mm
mm
mm
Volume


Mikrometer Sekrup
mm
mm
mm
Volume


2.      Pengukuran Massa
a.       Neraca ohauss 2610 gram
1)      Balok
gram
gram
,03gram
gram

2)      kelereng
gr
gr
gr
mm
b.      Neraca ohauss 311 gram
1)      Balok         
gram
gram
am
2)      kelereng
gram
gram


c.       Neraca ohauss 310
1)      Kubus 
gr
gr
,014gr
mm
2)       Kelereng
gr
gr
gr
mm
3.      Massa jenis
 , m= massa pada neraca ohaus 310 = 62,52 gr
a.       Kubus
1)      Massa jenis kubus (mistar, V=7700mm3)

2)      Massa jenis kubus (jangka sorong, V=7680mm3)

3)      Massa jenis kubus (mikrometer sekrup, V=8519mm3)

b.      Kelereng (m=5,95 gr)
1)      Massa jenis kelereng (mistar, V=2400mm3)

2)      Massa jenis kelereng (jangka sorong, V=2510mm3)

3)      Massa jenis kelereng (mikrometer sekrup, V=2310mm3)


PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil eksprimen yang di lakukan dengan cara pengukuran berulang  panjang dan massa pada balok dan bola dengan menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong, dan micrometer sekrup, Neraca ohauss 2610 gram, Neraca Ohaus 311 gram , Neraca ohaus 310 gram yang dilakukan sebanyak tiga kali terdapat sedikit perbedaan pada hasil yang dilaporkan, akan tetapi lebih dominan hasil pengukurannya sama.Tingkat ketelitian yang di hasilkan sangat di pengaruhi oleh alat yang di gunakan , semakin kecil NST alat ukur maka makin besar tingkat ketelitiannya. Jika ingin memperoleh data yang akurat maka harus di lakukan pengukuran yang berulang kali.




SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil Pengukuran di atas dapat di simpulkan bahwa :
1.       Tiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda-beda ,sehingga hasil pengukuran yang di hasilkan juga berbeda-beda walaupun selisih hasil pengukurannya tidak berbeda jauh.
2.       Pengukuran yang paling tepat dan teliti terdapat pada alat ukur micrometer sekrup. Hal ini disebabakan karena ketidakpastian relative dari alat ukur micrometer sekrup jauh lebuh kecil dibandingkan dengan alat ukur lainnya.
3.       Jenis bahan dari balok dan bola yang digunakan pada praktikum ini adalah berturut-turut berasal dari bahan aluminium dan bahan kaca.
DAFTAR RUJUKAN
Herman dan asisten.2014.PENUNTUN FISIKA DASAR 1.Makassar:Laboratorium Fisika Dasar UNM
Darmawan Djonoputo, B. 1984. Teori Ketidakpastian menggunakan satuan SI. Penerbit ITB Bandung
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA ITB. 2009. Modul Praktikum Fisika Dasar 1, Penerbit ITB. Bandung